Kebusukan Novel Baswedan Mulai Diketahui Publik


Satu persatu kebusukan Novel Baswedan mulai diketahui publik. Setelah membunuh pencuri sarang burung walet di Bengkulu, kini pensiunan polisi berpangkat Kompol itu ditelanjangi Miryam S. Haryani, mantan anggota DPR dari Partai Hanura.
Dan ambisi Novel Baswedan jadi Direktur KPK bukan isapan jempol. Fakta persidangan terdakwa kasus keterangan palsu Miryam S Haryani membuktikan bahwa Novel memang berambisi jadi pimpinan KPK.
Punya ambisi jadi Ketua KPK sah saja namun jangan dengan cara-cara kotor apalagi membangun opini seperti orang suci apalagi menghalalkan segala cara.
Miryam S. Haryanto mengaku tertekan selama diperiksa oleh penyidik KPK Novel Baswedan. Miryam diintimidasi oleh Novel melalui pernyataan selama menjalani pemeriksaan. 
“Seperti menurut saudara Novel saya seharusnya sudah ditangkap pada tahun 2010 silam (peristiwa ini terungkap dan diakui oleh saudara Novel dalam persidangan Irman dan Sugiharto tanggal 30 Maret 2017). Tapi saudara Novel tidak merinci kasus apa saya seharusnya ditangkap,” kata Miryam saat membacakan nota pembelaan di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta, Kamis (2/11/2017) seperti dikutip Detik com.
“Bisa dibayangkan Yang Mulia, dalam kondisi yang kurang istirahat pada waktu itu karena malamnya saya sedang ulang tahun dan belum tidur sama sekali mendapat pernyataan seperti itu dari seorang penyidik tentu membuat emosi saya langsung down dan tertekan,” imbuh Miryam. 
Miryam mengatakan saat pemeriksaan juga selalu berpindah tempat.
Miryam mengaku tiga kali pindah tempat ruangan pemeriksaan. Apalagi alasan berpindah-pindah ruangan tidak pernah dijelaskan oleh Novel Baswedan. 
“Saya yakin siapapun yang dalam posisi demikian akan sangat stres dan tertekan sekali. Pada pemeriksaan kedua 7 Desember 2016, saya kembali diperiksa oleh Novel Baswedan namun lagi-lagi bukan diruang pemeriksaan yang seharusnya melainkan diruangan salah satu direktur di KPK. Saya mengetahui hali ini setelah bertanya kepada Novel, ini ruangan apa pak? dijawab oleh Novel ini ruangan direktur bu.
Ingin Jadi Direktur
Juga melanjutkan Novel bilang, ‘doain saya ya semoga bisa jadi direktur bu‘, dan saya hanya menjawab iya pak,” kata Miryam. 
Apalagi menurut Miryam, Novel juga meminta dirinya menuliskan dalam berita acara pemeriksaan mengenai penerimaan uang kasus proyek e-KTP. Namun dirinya mengaku menolak permintaan tersebut karena takut bercerita yang tidak benar. 
“Novel mengatakan kepada saya ibu tahu nggak kalau yang diterima Ganjar (dana e-KTP) itu jumlahnya besar sekali. Jadi ibu tuliskan saja di situ (dalam BAP saya) penerimaan Ganjar banyak-banyak. Tapi saya tidak mau karena tidak ingin lagi mengulang hal yang sama yaitu mengarang cerita tentang adanya penerimaan uang,” katanya. 
“Setelah beberapa lama Novel memaksa saya mengakui bahwa Ganjar Pranowo menerima uang dalam jumlah banyak barulah kemudian saya dipindahkan ke ruangan yang sudah ada Pak Ganjar didalamnya untuk dikonfrontir,” sambungnya.
Sebelumnya, penyidik KPK Irwan Susanto dan Ambarita Damanik dihadirkan sebagai saksi dalam sidang perkara keterangan palsu dengan terdakwa Miryam S Haryani. Kedua penyidik KPK itu menjelaskan proses pemeriksaan Miryam.
“Bahwa awalnya ditemui Pak Novel sebagai ketua tim penyelidikan, ketua tim itu ada 3. (Novel) membagi kekuatan penyidik dalam melakukan pemeriksaan. Dari pmeriksana awal disampaikan ke yang ditunjuk, pada saat itu saya, untuk melanjutkan pemeriksaan,” urai Irwan saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (14/8). 
“Sesuai hasil tanya jawab Pak Novel di awal dituangkan ke berita acara dan hasil tulisan BAP termasuk tulisan tangan sudah diambil,” sambungnya.
Sedangkan, Damanik menyebut pemeriksaan terhadap Miryam difokuskan pada penerimaan uang. Pemeriksaan menurutnya juga diikuti ketua tim investigasi Novel Baswedan.
“Saya mulai berkenalan dengan mas Novel salaman Bu Miryam tanya jawab dengan beliau fokus masalah penerimaan uang karena saya yang memeriksa Pak Sugiharto,” jelasnya.
Damanik mengklarifikasi soal pembagian uang Sugiharto ke Miryam. Saat itu Miryam tidak berada di rumah dan meminta Sugiharto menitipkan uang ke pembantunya. 
“Menjelaskan pembagian uang yang diantarkan ke rumah beliau. Waktu itu Pak Sugiharto mengantarkan uang tidak langsung diterima bu Miryam. Tapi telpon-telponan dulu sehingga tahu alamat Miryam di Tanjung Barat,” jelas Damanik. 
Dalam kasus ini Miryam dituntut hukuman 8 tahun penjara. Miryam diyakini jaksa terbukti memberikan keterangan palsu di persidangan.
Akibat perbuatannya, Miryam diyakini melanggar Pasal 22 juncto Pasal 35 ayat 1 UU Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP. 
Kongkalikong dengan TEMPO.
Tentu publik ingat bagaimana Aris Budiman seorang jenderal polisi bintang satu “dihabisi” geng Novel. Karena Novel ingin mengincar posisi yang diduduki Aris  Direktur Penyidikan KPK.
Dicari lah berbagai cara untuk membunuh karakter Aris dan itu berhasil. Dengan dukungan TEMPO dan ICW, mereka berhasil menyingkirkan Aris.
Dengan tersingkirnya Aris di KPK, posisi ini akan diisi Novel Baswedan. Bayangkan seorang Kompol pensiunan dan masih sangat ijo bisa menduduki posisi Direktur Penyidikan selevel Jenderal Polisi bintang satu.
Aris alumnus Akpol 1988. Novel Akpol 1998. Beda sepuluh tahun. Kalau di Polri, Aris sudah Kapolda bintang satu, Novel Baswedan baru selevel Kapolres.
Di sinilah peran TEMPO. Novel dibikin super hero. Orang suci. Tokoh Pemberantasan Korupsi.  Seakan-akan tanpa Novel, KPK akan mati suri. Lumpuh.
Jika ada serangan terhadap Novel dibangunlah opini seakan akan serangan itu terhadap lembaga KPK. Novel itu KPK dan KPK itu Novel.
Sebenarnya apa yang terjadi di KPK?
Berdasarkan informasi yang dihimpun DOBRAKNEWS di KPK, Novel itu pemimpin Kelompok 28 di KPK  beranggotakan polisi dan non polisi dan sebagian besar adalah rekan satu angkatan Novel di Akpol dan sebagian lagi  juniornya.
Kelompok 28 ingin menguasai jabatan-jabatan yang dipegang penyidik polri. Ini masalah karir  dan masa depan mereka rupanya.
Dulu tidak ada konflik  karena geng Novel merasa paling senior dan merasa sebagai penyidik senior. Tapi setelah posisi Direktur Penyidikan diduduki Aris Budiman kelompok Novel gelisah. Bisa jadi marah.
Rupanya jauh-jauh hari kelompok Novel  sudah mengincar posisi Direktur Penyidikan dan selanjutnya Deputi KPK dengan harapan bisa jadi komisioner KPK setelah itu.
Adanya perwira Polri senior seperti Aris Budiman dianggap penghalang bagi geng Novel. Untuk menendang Aris dari KPK dibuatlah isu integritas dan lain lain.
Padahal Novel dkk sejatinya jabatan jabatan strategis itu dipegang  kelompok mereka.
Benarkah Novel hebat seperti digembar-gemborkan TEMPO?
Novel ini polisi dengan prestasi biasa-biasa saja. Dia bukan lulusan Akpol 98 yg ranking top di angkatannya. Dia cuma ada pada papan tengah. Yg top itu AKBP Robert Dedeo juga eks KPK. Dia Adhi Makayasa.
Novel pernah jadi Kasat Serse Polres Bengkulu. Lihat apa yang dilakukannya. Membunuh tersangka yang harusnya dia lindungi. Masa gara-gara sarang burung walet orang mati dan yang lainnya lumpuh karena kakinya ditembak Novel.
Dimana kasus kejahatan Novel itu sekarang? Dipetieskan. Hilang tak tentu rimbaya. Novel benar-benar orang hebat yang tak tersentuh hukum. Coba giliran Novel disiram air keras seperti Indonesia teriak karena di blow up oleh TEMPO, ICW dan geng !
Sejumlah penyidik KPK baik yang dari unsur Polri mau pun non Polri suda muak dengan manuver dan sinetron yang dibangun Novel Baswedan, TEMPO, ICW and geng media yang mereka bangun.
“NB gak ada apa2nya. Hasil kerjaan polisi polisi top ini yg dibajak oleh Novel untuk menutupi kelemahannya dan agar dianggap berintegritas dia nanti yg kelihatan di Media, TV, kasih bocoran ke majalah Tempo agar seolah2 hasil kerja dia. Teman2nya banyak kesal dan dongkol dengan kelakuannya ini. Dan bawa bawa agama supaya kelihatan di publik seperti seorang pahlawan anti korupsi,” kata penyidik KPK  tersebut.

Tidak ada komentar

Stop Gunakan Aplikasi Kencan

Medsos –  Bagi yang sering menggunakan aplikasi kencan untuk mencari pasangan, mulai sekarang harus mempertimbangkan untuk menghentik...

Diberdayakan oleh Blogger.